Tugas bahasa yang di convert menjadi post ^_^

A Live of Love in Japan

Disinilah aku, berdiri di antara orang-orang yang apabila dilihat dari fisik sangat “berbeda” dariku. Ya, memang pasti berbeda. Aku adalah Auron, seorang laki-laki Indonesia keturunan Chinese yang sukses “tersesat” di Jepang. Saat ini aku sedang dalam rangka persiapan masuk sebuah universitas di Jepang, yaitu Tokyo University atau Todai. Aku tiba di Jepang ini atas usul orang tuaku yang tidak ingin aku sekolah di Indonesia. “Yah, tahu sendiri mutu pendidikan di Indonesia kan” kata orang tuaku. Akhirnya, disinilah aku bersama ratusan pendaftar lainnya yang tampaknya stress sebentar lagi mengkuti ujian saringan masuk Universitas tersebut. Aku? Santai-santai saja. Memang aku terbiasa santai dalam menghadapi sesuatu. Let It Flow lah. Bisa masuk syukur pada Tuhan, gak bisa masuk yah coba lagi tahun depan.

Ketika aku sedang berjalan di koridor depan Todai, tiba-tiba “BRAK”, seorang cewek jepang menabrakku.

“Aduh, jalannya ati-ati dong!”, kataku dengan Bahasa Jepang yang kini sudah kukuasai setelah 1 tahun belajar.

“Maaf-maaf, tahu ruang kelas 2-A tidak?” katanya tergopoh-gopoh seperti orang stress.

Sekilas kulihat wajahnya seperti orang tak terawat dengan rambut panjang hitam terurai menutupi mukanya. Tapi, apabila dilihat dengan seksama dibalik rambutnya yang kemudian ia sadari sangat berantakan, wow, terdapat seorang malaikat di balik rambut itu. Wajahnya sangat cantik bak artis-artis Jepang yang terkenal cantik-cantik. Tanpa menghiraukan pertanyaannya sebelumnya, langsung saja kutanya.

“Hai, saya Auron. Mau ikut test masuk juga ya?” kataku.

“Eh…” dia terlihat bingung dengan pertanyaanku yang menyimpang. “Hai,saya Narusegawa, panggil aja Naru. Iya saya mau tes di sini. Ruang 2-A dimana ya?”

“Oh, sepertinya kamu satu kelas denganku. Ayo jalan sama-sama, kebetulan aku tau tempatnya” balasku sambil masih terpesona dengan kecantikannya.

“Kamu bukan orang sini yah?” tanyanya padaku.

“Ya, tahu Indonesia? Itu Negara asalku.”

“Wow, Indonesia? Aku sangat tertarik dengan Negara itu. Pamanku berkeluarga dengan orang Indonesia. Aku pernah mampir ke sana sebentar, Indonesia Negara yang indah!” katanya terkejut.

“Oh ya?” kataku sedikit bingung dengan tanggapannya mengenai Indonesia.

Ketika kami masuk kelas, kami berpamitan menuju bangku kami masing-masing sambil mengucapkan “semoga berhasil”. Tes itu sendiri sebenarnya tak begitu sulit untukku. Maklum saja, aku adalah pemegang peringkat 1 nilai UN tertinggi seIndonesia. Ketika selesai mengerjakan, kulirik ke samping kiri, ternyata Naru juga mengerjakan dengan lancar. Sehabis tes usai, kutanyai saja dia mengenai tes tadi.

“Bagaimana tesmu Naru?” tanyaku.

“Mudah loh, aku bisa mengerjakannya” katanya sambil tersenyum lebar. Tampak jelas wajahnya yang sedang tersenyum gembira, sangat cantik di mataku. “Aku kan peringkat pertama dalam daftar Nilai Ujian tertinggi di Jepang” timpalnya. Ternyata…

Setelah itu, aku pamit padanya. Aku sedikit terburu – buru karena memang ini adalah hari pertamaku di Jepang. Aku baru mendarat subuh tadi dan langsung menuju Todai. Di Jepang rencananya aku akan menginap di salah satu kerabat orang tuaku. Kata orang tuaku, mereka adalah keluarga yang ramah dan sangat senang hati menerimaku kost di situ. Yang tidak mereka bilang adalah, mereka memiliki anak perempuan. Ketika aku menemukan rumah yang dimaksud dalam peta yang diberikan orang tuaku, aku mengetuk pintu, dan… Jreng jreng jreng, Narulah yang membukakan pintu.

“Wah…” kataku tak bisa berkata – kata.

“Wah…” sepertinya Naru juga bingung. “Ternyata kamu yah yang dimaksud orang tuaku akan tinggal di sini? Kebetulan sekali yah, ayo masuk!” kata Naru dengan senang hati.

“Sudah bertemu dengan cewek cantik, eh sekarang malah tinggal di rumah cewek cantik” kataku dalam hati. “Tuhan itu memang ada”

Mulailah hari – hariku tinggal di keluarga Naru. Ternyata benar, orang tua Naru adalah orang yang ramah. Namun ternyata Naru adalah seorang wanita tomboy yang kalo bahasa inggrisnya “Violent Girl”. Aku bertindak ceroboh dikit, misalnya gak sengaja mergokin dia lagi ganti baju, langsung aja dia tonjok idung aku sampe berdarah – darah. Memang sih, abis itu dia minta maaf, tapi wow sakitnya minta ampun, Kata dia sih reflex, tapi ko sakit banget ya. Tapi setelah seminggu tinggal sama mereka, aku jadi terbiasa dengan pola hidup mereka dan kebiasaan kebiasaan mereka.

Pada hari-H pengumuman, aku ke Todai bersama Naru. Sudah banyak orang yang mengerumuni papan pengumuman. Ada yang tertawa gembira karena diterima, ada yang mengangis guling-guling karena gagal. Aku dan Naru berusaha berdesak-desakan untuk mencapai papan pengumuman. Dan wow, aku di peringkat 2 dan Naru peringkat 3. Sungguh luar biasa rasanya dapat menduduki peringkat 2 di negeri orang.

“AAAAA, KITA LULUS!” jerit Naru yang tiba-tiba melompat ke pelukanku.

“Ah..” aku salah tingkah. “Iyah, mulai besok kita satu universitas” lanjutku.

“AKU SENENG BANGET, APALAGI BISA BARENG KAMU” jerit Naru histeris sambil melompat – lompat di pelukanku. Wah…

“Bisa bareng aku?” tanyaku bingung.

“Ah.” Naru sepertinya baru sadar dengan tindakan histerisnya barusan. “Ah emm… ng.. lupakan lupakan” bantah Naru. “Yuk pulang dan bilang mama papa” kata Naru sambil menarik tanganku keluar dari kerumunan orang – orang.

Disinilah aku, di Jepang, bisa sekolah di Todai, satu sekolah sama cewek cantik yang sepertinya aku sukai, dan satu rumah pula dengannya. Dimulailah kegiatan kuliah yang setiap hari kulalui bersama dia. Jalan ke Todai bareng dia, pulang bareng dia, makan bareng dia, pokoknya semuanya bareng dia. Saat itu aku sudah jatuh cinta kepadanya, namun aku tidak tahu perasaannya padaku. Sampai pada suatu saat, tiba saatnya bagiku untuk menyatakan perasaanku padanya.

Pagi itu aku seperti biasa bangun pagi dan jogging sedikit. Sepulang jogging, kulihat Naru masih tidur. Ya sudah kudiamkan saja. Hari itu kami berdua tidak ada mata kuliah, jadi kami bisa santai di rumah. Orang tua Naru sedang ke luar kota karena ada urusan. Selama 2 jam aku menonton TV, Naru tak kunjung bangun. Aku mulai curiga, biasanya dialah yang bangun duluan dan kemudian membangunkanku dengan siraman air dingin. Dia memang iseng. Namun kali ini kenapa dia tidak bangun – bangun?

“Naru?” sahutku ketika masuk ke kamarnya. Kulihat Naru sedang tidur pulas dengan muka merah dan keringat bercucuran.

“Astaga, badanmu panas sekali, kamu sakit?” teriakku panic ketika memegang dahi Naru.

Segera saja aku mengambil kompres dari dapur dan mengompres Naru. Aku juga ke dokter untuk membeli obat untuk Naru. Seharian penuh aku menunggui Naru di kamarnya, sampai – sampai aku ketiduran. Jam 12 malam, aku terbangun ketika ada yang menyenggolku. Ternyata Naru sudah bangun dan mukanya sedikit lebih baik dari tadi pagi.

“Auron, thanks yah dah nungguin aku.” kata Naru. Terlihat wajahnya merah, namun bukan karena sakit, tapi karena malu.

Aku bingung melihat perubahan rona wajahnya. “Kamu kenapa sih sampe sakit begini?” tanyaku padanya.

“Mmm… Kemarin… Pas kamu udah tidur, aku pergi ke toko deket sini.. Eh pas pulang tau – tau ujan deras. Ya udah deh aku sakit.” Kata Naru.

“Lalu buat apa kamu ke toko malem – malem?” tanyaku sedikit marah padanya.

“Err.. buat.. beliin kamu hadiah. Hari ini kan kamu ulang tahun, Happy Birthday yah…” Naru berbisik padaku lalu tiba – tiba mencium pipiku. Lalu dia mengambil sekotak kado dari samping tempat tidurnya.

Kemudian, entah kesambet sama apa, aku berkata “Naru….. Aku sayang sama kamu.” Naru sedikit terkejut mendengarnya. Mukanya semakin merah padam mendengar ucapanku. Ia menunduk sebentar.

“Aku gak bisa…” kata Naru terhenti. Hatiku sudah mencelos mendengarnya. Gawat. Setelah ini bagaimana hubunganku dengan Naru? Bagaimana kalau nanti ia tidak mau mengobrol lagi denganku? Bagaimana kalau nanti hubungan kami di rumah jadi dingin? Bagaimana kalau ia tidak mau berbicara lagi denganku di Universitas? Bagaimana kalau…? Bagaimana kalau…?

“Aku… Aku gak bisa nolak kamu. Aku juga sayang kamu” lanjut Naru.

DUAR, hatiku melayang. Segala kepanikanku hilang sudah. Pikiran burukku tak terbukti. Aku sudah menyatakan cintaku pada Naru, dan ia menerimanya. Kami berpelukan hangat malam itu, dan kemudian dia kembali kusuruh tidur. Akupun tidur di sebelahnya menjagainya sepanjang malam, kupegang erat tangannya. Kami berdua tidur berhadapan sambil tersenyum.

Akhirnya, hari hariku di Jepang semakin menyenangkan. Orang tua Naru menyambut baik kabar hubungan kami. Mereka merestui hubungan kami. Ketika aku menanyakannya pada orang tuaku, mereka juga senang mendengarnya dan merestuinya. Hari – hari kam di Todai juga semakin menyenangkan. Aku dan Naru terkenal dengan sebutan “multitalented couple”, karena prestasi yang kami raih. Naru berhasil menempati rank 1 daftar pelajar berprestasi di Jepang(aku rank 2) dan aku berhasil memenangi lomba design web dunia. Kami berdua lulus dari Todai bersamaan, wisuda bersama.

Tahun berikutnya aku terpaksa pulang ke Indonesia karena urusan perusahaan ayahku. Aku meninggalkan Naru walau hanya sebentar. Naru berjanji akan menungguku sampai kapanpun. 3 bulan kemudian aku kembali ke Jepang bersama orang tuaku. Kami kemudian melakasanakan upacara pertunangan yang kemudian dilanjutkan dengan pernikahan 3 bulan kemudian.

Kini kami berdua hidup bahagia di sebuah rumah megah nan nyaman di kawasan elit di Jepang. Aku berprofesi sebagai programmer terkemuka di dunia dan Naru menjadi dosen terkemuka di Jepang. Hidup ini Aku lalui bersama Naru dengan sempurna sampai akhir hayat kami.


kasi komen dong^_^

4 Response to "Tugas bahasa yang di convert menjadi post ^_^"

  1. Vanessa says:
    May 27, 2009 at 4:42 PM

    emmm...
    entah kenapa ada bebereapa karakter yang mirip ama sifat jelek gw. wkwk
    bukannya kegeeran yee
    hha

  2. Leonard Kevin says:
    May 27, 2009 at 7:08 PM

    heh? wkwkw...
    ini diadaptasi dari komik jepang, "Love Hina"
    GG

  3. theresia kinanti says:
    May 28, 2009 at 7:15 PM

    jijay abis baca cerita lo, cerita cinta sih
    komedi dong beng
    eh layout bikin sendiri? bikinin gue dooooong

  4. Vanessa says:
    May 30, 2009 at 8:18 PM

    lagiann
    yg reflek2 itu kan kyk gw. haha

Post a Comment